Saraf terjepit atau dalam istilah medis disebut pinched nerve adalah kondisi yang terjadi ketika tekanan berlebihan diberikan pada saraf oleh jaringan di sekitarnya, seperti tulang, otot, tendon, atau kartilago. Tekanan ini dapat mengganggu fungsi normal saraf dan menimbulkan rasa sakit, mati rasa, atau kelemahan pada area yang dipersarafi.
Kondisi ini cukup umum terjadi dan dapat memengaruhi siapa saja, meskipun risiko meningkat seiring bertambahnya usia. Memahami penyebab, gejala, serta langkah penanganan yang tepat sangat penting agar penderita dapat memperoleh kualitas hidup yang optimal.
Saraf terjepit dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis maupun aktivitas sehari-hari. Berikut adalah beberapa penyebab utama:
Cakram tulang belakang yang bergeser atau pecah dapat menekan saraf tulang belakang. Ini adalah penyebab paling umum saraf terjepit di leher dan punggung bawah. Menurut Mayo Clinic, kondisi ini sering kali terjadi akibat penuaan atau cedera fisik [1].
Kecelakaan lalu lintas, jatuh, atau aktivitas fisik berat dapat menyebabkan pembengkakan jaringan atau dislokasi tulang yang menjepit saraf.
Peradangan akibat artritis, khususnya osteoartritis, dapat menyebabkan pertumbuhan tulang (bone spur) yang menekan saraf.
Kebiasaan duduk membungkuk atau posisi tidur yang tidak ergonomis dapat menimbulkan tekanan berkepanjangan pada saraf.
Berat badan berlebih memberikan tekanan tambahan pada persendian dan tulang belakang, yang dapat menyebabkan penjepitan saraf.
Gejala saraf terjepit dapat bervariasi tergantung lokasi saraf yang terkena. Berikut adalah gejala umum yang sering dirasakan:
Gejala biasanya memburuk saat tubuh dalam posisi tertentu, seperti duduk terlalu lama, membungkuk, atau mengangkat beban berat.
Untuk memastikan seseorang mengalami saraf terjepit, dokter akan melakukan evaluasi melalui:
Dokter akan menilai kekuatan otot, refleks, dan sensitivitas saraf pasien.
Tes ini mengukur aktivitas listrik pada otot untuk mengetahui apakah ada kerusakan saraf.
Penanganan saraf terjepit tergantung pada tingkat keparahan kondisi dan penyebabnya. Sebagian besar kasus dapat sembuh tanpa operasi.
Latihan fisik yang diawasi fisioterapis dapat membantu mengurangi tekanan pada saraf dan memperkuat otot pendukung. Teknik peregangan dan postur ergonomis diajarkan untuk mencegah kekambuhan.
Pada kasus tertentu, injeksi kortikosteroid diberikan langsung ke area yang terkena untuk meredakan peradangan.
Jika terapi konservatif gagal dan gejala memburuk, tindakan pembedahan mungkin diperlukan. Operasi bertujuan untuk mengangkat tekanan dari saraf, misalnya dengan mengangkat bagian cakram yang menonjol (discectomy) atau melonggarkan ruang saraf (laminectomy).
Meskipun tidak semua kasus dapat dicegah, beberapa langkah berikut dapat menurunkan risiko:
Jika dibiarkan tanpa penanganan, saraf terjepit dapat menyebabkan kerusakan saraf permanen. Akibatnya, penderita dapat mengalami:
Oleh karena itu, penting untuk segera berkonsultasi dengan tenaga medis bila mengalami gejala saraf terjepit, terutama jika tidak membaik dalam beberapa hari.
Saraf terjepit merupakan kondisi medis yang dapat mengganggu kualitas hidup apabila tidak ditangani dengan tepat. Penyebabnya beragam, mulai dari hernia cakram hingga postur tubuh yang buruk. Gejala seperti nyeri, kesemutan, dan kelemahan otot bisa menjadi tanda adanya penjepitan saraf.
Melalui diagnosis yang tepat dan penanganan yang sesuai, sebagian besar kasus dapat sembuh tanpa operasi. Namun, pencegahan tetap menjadi langkah terbaik, terutama dengan menjaga postur tubuh, rutin berolahraga, dan menghindari aktivitas berat yang membebani tubuh secara berlebihan.