GERD: Mengenal Penyakit Refluks Asam Lambung dan Cara Menanganinya
Sudah Dibaca Sebanyak : 59 Kali
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) atau penyakit refluks gastroesofageal adalah gangguan sistem pencernaan kronis yang terjadi ketika asam lambung secara berulang naik ke kerongkongan (esofagus). Kondisi ini dapat menyebabkan gejala tidak nyaman seperti sensasi terbakar di dada (heartburn), regurgitasi asam, dan gangguan menelan. GERD merupakan masalah kesehatan umum yang dapat berdampak signifikan terhadap kualitas hidup apabila tidak ditangani secara tepat.
Apa Itu GERD?
GERD terjadi ketika katup antara lambung dan kerongkongan, yang disebut sfingter esofagus bagian bawah (lower esophageal sphincter), tidak berfungsi dengan baik. Dalam kondisi normal, sfingter ini akan menutup setelah makanan masuk ke lambung. Namun, pada penderita GERD, sfingter melemah atau relaksasi secara tidak tepat, sehingga memungkinkan asam lambung naik kembali ke esofagus.
Menurut American College of Gastroenterology, GERD memengaruhi sekitar 20% populasi di negara-negara Barat dan menjadi salah satu gangguan pencernaan yang paling sering ditemui secara klinis [1].
Penyebab GERD
Beberapa faktor dapat memicu atau memperparah GERD, di antaranya:
Kelebihan berat badan atau obesitas: Tekanan berlebih di dalam perut dapat memengaruhi kerja sfingter esofagus.
Kebiasaan makan tidak sehat: Konsumsi makanan tinggi lemak, pedas, cokelat, kafein, alkohol, dan minuman bersoda.
Merokok: Dapat melemahkan sfingter esofagus dan meningkatkan produksi asam lambung.
Kehamilan: Perubahan hormon dan tekanan janin terhadap lambung dapat memicu gejala GERD.
Penggunaan obat-obatan tertentu: Seperti antikolinergik, obat penenang, atau penghambat saluran kalsium.
Gejala GERD
Gejala utama GERD meliputi:
Heartburn: Rasa terbakar di dada, biasanya setelah makan, dan memburuk saat berbaring atau membungkuk.
Regurgitasi: Rasa asam atau pahit yang naik ke tenggorokan atau mulut.
Kesulitan menelan (disfagia).
Rasa seperti ada benjolan di tenggorokan.
Batuk kronis, suara serak, atau radang tenggorokan.
Pada beberapa kasus, GERD juga dapat memicu asma atau memperburuk gejalanya. Jika gejala muncul lebih dari dua kali seminggu, sangat dianjurkan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis.
Diagnosis GERD
Untuk menegakkan diagnosis GERD, dokter biasanya akan melakukan:
Wawancara medis dan pemeriksaan fisik.
Uji coba pengobatan: Memberikan obat penghambat asam (seperti PPI) untuk melihat respons gejala.
Endoskopi saluran cerna atas: Untuk melihat kondisi esofagus, lambung, dan usus dua belas jari.
pH monitoring 24 jam: Mengukur kadar keasaman di kerongkongan.
Manometri esofagus: Menilai fungsi sfingter esofagus dan gerakan otot-otot esofagus.
Komplikasi GERD
Jika tidak ditangani, GERD dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti:
Esofagitis: Peradangan pada lapisan esofagus akibat paparan asam lambung.
Striktur esofagus: Penyempitan esofagus karena jaringan parut.
Barrett’s Esophagus: Perubahan sel di esofagus yang meningkatkan risiko kanker esofagus.
Masalah pernapasan kronis: Seperti asma, bronkitis, atau pneumonia aspirasi.
Penanganan GERD
1. Perubahan Gaya Hidup
Langkah pertama dalam mengelola GERD adalah dengan menerapkan perubahan gaya hidup, antara lain:
Makan dalam porsi kecil dan tidak berlebihan.
Menghindari makanan dan minuman pemicu.
Tidak langsung berbaring setelah makan (tunggu minimal 2–3 jam).
Menjaga berat badan ideal.
Mengangkat kepala ranjang sekitar 15–20 cm saat tidur.
2. Terapi Obat
Dokter dapat meresepkan obat-obatan berikut:
Antasida: Menetralkan asam lambung (contoh: magnesium hidroksida, aluminium hidroksida).
H2 Blockers: Mengurangi produksi asam (contoh: ranitidin, famotidin).
Proton Pump Inhibitors (PPI): Penghambat produksi asam lambung yang paling efektif (contoh: omeprazol, lansoprazol, esomeprazol).
Prokinetik: Membantu pengosongan lambung lebih cepat.
3. Tindakan Bedah
Jika pengobatan tidak efektif atau pasien tidak dapat terus menerus menggunakan obat, tindakan bedah seperti fundoplikasi mungkin diperlukan. Prosedur ini memperkuat sfingter esofagus dengan membungkus bagian atas lambung di sekitar esofagus bawah.
Pencegahan GERD
Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan meliputi:
Mengatur waktu makan secara teratur.
Menghindari makanan pedas dan berlemak tinggi.
Mengurangi konsumsi alkohol dan kafein.
Berhenti merokok.
Menjaga pola tidur yang sehat.
Pencegahan sangat penting karena dapat menghindari kekambuhan dan komplikasi jangka panjang.
Kesimpulan
GERD merupakan gangguan pencernaan kronis yang dapat memengaruhi kualitas hidup jika tidak diatasi dengan baik. Gejalanya yang khas seperti heartburn dan regurgitasi dapat dikendalikan melalui perubahan gaya hidup, penggunaan obat-obatan, dan dalam kasus tertentu, tindakan bedah.
Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya diagnosis dini dan penanganan yang tepat. Dengan mengenali faktor risiko dan mengadopsi pola hidup sehat, GERD dapat dikendalikan secara efektif.
Referensi
American College of Gastroenterology. (2022). Guidelines for the Diagnosis and Management of Gastroesophageal Reflux Disease.
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK). (2021). Definition & Facts for GERD. https://www.niddk.nih.gov